April 06, 2011

Selamat datang di Desa Lolori desa Adat.



Tugu

Desa Lolori merupakan wilayah pemerintahan kecamatan Jailolo, Kabupaten Halmahera Barat, Propinsi Maluku Utara Semua penduduk desa Lolori semuanya beragama Kristen protestan, Desa ini merupakan salah satu desa yang masih memegang tegu adat istiadat dengan sangat kritis dan budayanya masih terjaga dari jaman nenek moyang. Desa ini biasanya disebut orang dengan tempat minum sultan Ternate karena air di desa itu sangat jernih, desa ini terlahir tahun 1910 dengan dengan masyararakat yang baru sekitar 20 rumah tangga dan dengan satu rumah adat yang biasanya disebut Sasadu. Adapun kegunaan dari Sasadu itu sangat banyak dengan dijadikan tempat musywarah masyarakat dan juga selalu dibuat acara adat yaitu Makan Adat yang biasanya dilaksanakan jikalau masyarakat selesai panen raya, biasanya acara makan adat itu berlangsung selama tujuh hari tujuh malam sesuai dengan paras atap di rumah adat.

Pemandangan desa yang terletak di bawah kaki gunung

Desa Lolori terletak di bawah kaki gunung bukit yang tinggi dengan struktur tanah yang subur. Adapun mata pencarian masyarakat desa lolori paling banyak adalah sebagai petani Pala, Cingkeh, Kelapa, Padi, Coklat.






Sasadu / Bailey
Sasadu berfungsi utama sebagai tempat berkumpul warga. Terutama ketika ada upacara adat, misalnya saat panen dan pemilihan ketua adat. Selain itu rumah adat ini juga digunakan untuk menjamu tamu penting dan untuk bersantai.

Selain dari lantainya yang sudah menggunakan semen tidak tampak material 'non-organik'. Penggunaan semen itu pun karena pertimbangan kebersihan dan kemudahan pemeliharaan. Semua rangka terbuat dari kayu, bambu atau batang pohon kelapa. Alih-alih paku logam, pasak kayu digunakan untuk memperkuat sambungan.

Langit-langit terbuat dari susunan daun kelapa yang diikat menggunakan tali bambu. Tali ijuk yang juga digunakan sebagai pengikat rangka atap bersambung tanpa terputus.


Bermakna kestabilan dan kerendahan hati


Sebagai karya arsitektur Sasadu memiliki konsep dalam hampir tiap bentuknya. Ambil contoh 'bola-bola' yang tergantung pada bilah kayu di ujung atap. Ini simbolisasi kaki yang berarti kestabilan. Arahnya yang merunduk, berlawanan dengan arah atap yang mencuat mengandung makna kerendahan hati walau berada di puncak.




Ujung atap Sasadu lebih rendah dari langit-langit. Sengaja dibuat seperti itu agar siapapun yang masuk ke dalam harus menunduk. Tanpa terkecuali, bahkan Sultan sekalipun(!). Maksudnya adalah mengingatkan setiap orang untuk selalu hormat, taat, tunduk dan patuh pada adat.




Pilar ini menyerupai tameng maluku, perlambang pertahanan
Pada sambungan rangka Sasadu di Desa Toboso, tergantung kain merah dan putih. Dua warna ini mewakili pemeluk agama Kristen dan Islam. Rupanya kerukunan dan kerjasama antar pemeluk agama memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Halmahera.



Mengagumkan bahwa setiap jengkal Sasadu menyimpan begitu banyak nilai dan makna mendalam. Sungguh bangsa ini kaya akan budaya yang pantas dipelihara dan dijunjung tinggi.



Semua materialnya alami


Setiap rumah adat dilengkapi beberapa buah tifa. Panjang alat musik tabuh ini bisa lebih satu meter, terbuat dari kayu enau, dengan diameter lebih dua puluh centimeter. Saya diberi kesempatan menabuh tifa oleh beberapa penjaga rumah adat, menarik juga ternyata bermain dengan tifa raksasa.

Banyak aturan dibuat untuk rumah adat. Di
Desa Lolori misalnya, bagian barat rumah adat dikhususkan buat lelaki, sedang bagian timur untuk perempuan. Namun di saat tak ada acara, rumah adat jadi tempat berkumpul warganya, duduk-duduk, menunggu tukang sayur, atau melihat-lihat baju yang dibawa tukang kredit.














Salah satu lagu dari desa lolori




          Talaga Rano


kie kie masi daku...
kamo-kamo masi dola...
      to disa to sanga ua... 
      to aro no wadusua...
gasa-gasa ni habari...
tana ake rema luri....
      luri dengo ma kawasa...
      dadi minga mancari 
               talaga....ani lese lai soi lue lue 
               lo hoko golebo si gasa habarila 
               si hoa si mete lobit wanger ma' lao
               si bobita harta guraci salaka...
tana kolil di fore pu...do.. 
ani lomang lamo ngoa si solano..
       ooo.... sio talaga rano.....
       ooo.... sio talaga rano.....






Kaur-kaur Desa. (dari kiri ) Kades,Pemberdayaan Pemuda, Pendeta, Sekdes, Kepala Adat














Tidak ada komentar:

Posting Komentar